Friday, February 16, 2018

4 Alasan kuat resign dari kerjaan






Bekerja pasti capek, tapi lebih capek lagi kalau tidak punya kerjaan.

Punya pekerjaan enak adalah impian setiap orang. Maunya sih punya pekerjaan yang nggak capek, gaji selangit trus punya rekan kerja yang baik. Wih, ini kerjaan dimana ya? Aku mau daftar dong. Soalnya kerjaan disini udah nggak bikin betah.
Punya pekerjaan tetap bisa bisa bikin kita bahagia. Iya nggak?
Hari gini, mencari pekerjaan memang susah. Aku masih ingat, sewaktu tamat kuliah dulu. Sibuk membuat lamaran, capek ngantar lamaran sampai lelah menunggu telfon untuk sekedar interview. Semuanya harus dilalui. Apalagi kalau melamar pekerjaan diperusahaan yang cukup terkenal. Pasti deh saingannya banyak.
Tapi kalau udah punya kerjaan bagus, gaji OK. Selalu ada aja alas an buat nggak betah. Dilema memilih antara resign atau bertahan.
Nah, dibawah ini 4 penyebab alasan kuat Resign dari kerjaan.

1.      Gaji tidak OK
Dimana-mana Gaji adalah alas an nomor 1 kalau kita ngelamar sebuah pekerjaan. Yah, nggak munafik sih, pengennya gajinya gede dan naik trus. Tapi bagaimana kalau pekerjaan kita gajinya sama sekali nggak Ok, gajian aja nggak tentu, boro-boro minta naik gaji *jangan mimpi ya*

2.      Pekerjaan yang tidak setimpal
Perusahaan maupun lembaga pasti punya aturan tertentu yang wajib ditaati setiap karyawan. Mau nggak mau, harus bekerja. Kalau aku sih, kerjanya mulai dari jam 7 pagi sampai pukul 1 siang, (selasa +Rabu pukul 07 pagi sampai 13.20) plus ditambah lagi masuk siang jam 02.30 sampai jam 05 sore. Kejam banget nggak sih?
Kalau perusahaan lain mungkin, lemburnya dibayar, nah, kalau aku? *lupain deh*

3.      Rekan kerja yang menyebalkan
Yang namanya bekerja nggak pernah sendiri-sendiri, pasti membutuhkan rekan kerja. Mau atasan, rekan kerja, ataupun anggota. Nggak semua orang baik. Terkadang, seberapa pun baiknya kita bekerja, pasti selalu ada yang sirik sama prestasi kinerja kita. Pengen nge-jatuhin kita
Atau atasan yang nggak bisa ngerti dengan kinerja kita. Maunya marah-marah terus, dasar bossy. Atau, teman kerjaan yang menyebalkan. Kalau sudah begini, aku lebih baik nggak punya rekan kerja. 

4.      Lingkungan pekerjaan yang tidak bersahabat
Selain dari pada poin diatas, mungkin alasan resign adalah lingkungan  pekerjaan yang sama sekali tidak bersahabat. Misalnya, saat ini aku bekerja di wilayah perkebunan. Aku suka dengan suasananya yang sejuk. Namun, disamping itu, yang paling tidak bersahabat adalah akses internet. Jangankan internet, mau nelpon saja harus naik ke tempat tertentu.
Selain dari pada itu, mungkin teman-teman yang tinggal diwilayah perkotaan kali yah. Polusi, limbah yang berasal dari pablik membuat hidup nggak sehat.



Menurutmu, apakah ada alasan lain resign dari pekerjaan ? Yuk, jangan sungkan-sungkan memberikan komentar nya ya.

Saturday, February 10, 2018

Inspirasi dari Film “The Naked Traveller”


Hasil gambar untuk film The nekad traveller
Poster Film The Nekad Traveller




Kamu tahu kan, inspirasi bisa aja datang dari mana. Kalau aku, Mostly sih dari film. Aku sangat mengapresiasi film Indonesia saat ini. Jujur, aku sangat bangga akan perkembangan industry film Indonesia yang kian berkualitas. Cuman, sedikit minus buat film bergenre horror, sama sekali nggak ada serem-seremnya. Tapi ya udahlah, focus sama film bagus aja deh.
Awalnya, baca judulnya, aku cukup terkejut. “The Naked Traveller”. What?. Maksudnya apa sih? Apa seorang petualang yang suka telanjang? Ah, masa sih, terus terang aku penasaran sama filmnya. Apalagi pemainnya, Maudy Ayunda. Yang nggak pernah mengecewakan. Oh iya, sebelum film released, aku juga belum sempat baca bukunya. The Naked Traveler karya Trinity. Waduh.. parah emang. Buku bagus kok nggak dibaca. Tapi ya udah lah. Film “The Naked Traveller”, sebenarnya released tahun 2017 di seluruh Bioskop Indonesia, namun dikarenakan Bioskop belum ada di kampung tercinta, ya terpaksa nonton thrillernya aja dulu kale. Eh, nonton thrillernya bikin aku mati penasaran. Akhirnya dengan hanya bermodalkan paket internet, akhirnya  kesampaian juga nonton film “The Naked Traveller”.

Film ini membuka mata hati sekaligus pikiran aku. Bagaimana seorang gadis kantoran bernama Trinity travelling sendirian ke berbagai kota Indonesia. Kepingin  banget kayak Trinity sih sebenarnya, bisa travelling keliling Indonesia di usianya yang masih muda. Bayangin aja, dia berani travelling sendirian. Aku jadi ingat sama list destination yang sampe sekarang masih di catatan. Belom kena coret woi. Ini apaan sih? Traveling kan butuh duit ?. Aku mau kayak Trinity? Bikin proposal dulu baru traveling? Ya, elah. Jangankan mikirin budget. Punya cuti aja belom, harap maklum lah kan baru 5 bulan kerja. Travelingnya nanti aja. *sambil kedipin mata*

Hasil gambar untuk film The nekad traveller
Source
Sama kayak resolusi yang udah aku tulis, aku harus traveling tahun ini. Gimana pun caranya. Travelingnya kemana aja? Rencana sih Batam, kan dekat. Ya, elah masak cuman satu destinasi sih. Itu mah bukan traveling namanya. Biarin. Tahun ini, aku rencananya traveling ala backpacker ke Batam. Pokoknya, nggak mau tahu. Harus jadi. Makanya, aku lagi berusaha mati-matian, ngumpulin budgetnya. Doain ya guys, semoga tercapai.
Terus-terang aja, aku iri banget sama yang namanya Trinity, dia bisa traveling kemana aja sesuai dengan Bucket list. Nah, aku? Nggak usah banyak nanya deh, kasih  bukti aja. Aku jadi mikir, Kapan punya bos kayak Trinity ya? Yang bisa ngasi cuti liburan. Hehehe. *mimpi kalee*

Nggak cuman traveling di kota-kota Indonesia, dia juga berani traveling di luar Indonesia sebut aja Filipina dengan segala jenis keunikan budaya sampai kulinernya. Agak ngeri juga ya, wisata kulinernya itu lho. Mau tahu ceritanya, makanya nonton. Dijamin nggak bakalan nyesel deh. Nah, yang paling menakjubkan adalah traveling ke Maldives. Gila, dia bisa ke Maldives dengan biaya dari Mr.X. Aku penasan banget, siapa sih Mr.X itu? Bisa nggak aku ketemu dia? Mau juga dibayarin kayak Trinity.

Tapi nggak apa-apa, aku puas banget nonton Film “The Naked Traveller”. Banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari film ini.

“Aku takut,  menyesal tidak melakukan apa yang harus aku lakukan sepuluh tahun yang lalu”

Totally right. Selain menikmati destinasi suatu daerah, Traveling  juga memberikan banyak pelajaran. Traveling itu membuka pikiran kita. Dengan mengenal adat suatu daerah, kita bisa menghargai perbedaan dan segala keunikan yang ada. That’s why traveler is always open minded.
Penampilan Trinity alias Maudy Ayunda sangat menyita perhatian aku. Aku suka banget gaya dia di film ini. Pakaian yang fasionable plus gaya tomboy membuat penampilannya semakin manis. Pas banget memang dia memerankan Tokoh Trinity.
Film ini betul-betul menginspirasi saya untuk tetap traveling. Maunya sih Teaching and Traveling di berbagai daerah pedalaman Indonesia. Mengajar dan belajar di daerah pedalaman sana. Sungguh, suatu mimpi yang pengen banget terealisasi. Semoga tahun ini bisa ikut program Teaching and Traveling.
Buat kamu yang belum nonton filmnya, bisa di tonton di Youtube. Mudah-mudahan dapat inspirasi positif dari film ini. Ayo anak muda, travelingnya dimulai sekarang ya.

-Traveling is travel your mind-

Siswaku : Kerja dulu baru Sekolah





Mungkin terkesan ironis memang kalau membaca dari judul tulisan kali ini. Tapi, ini bukanlah cerita fiksi karangan. Ini adalah cerita nyata yang aku temukan di tempat kerjaku di perkebunan ini. Pertama kali nyampe di perkebunan ini bukanlah perasaan bahagia yang kumiliki. Tears are streaming down on my face. Kenapa ? Sinyal yang payah membuat aku nggak bisa apa-apa, termasuk update blog ini, ditambah lagi akses ke pasar tradisional  harus menempuh jarak 7 Km, nggak ada angkot sama sekali. Kalo mau keluar ya numpang naik truck pengantar buah sawit. Kehidupan disini sangatlah keras. Bisa kulihat diwajah siswa-siswiku setiap harinya.
Bayangkan saja, banyak sekali siswa ini yang sudah seharusnya duduk dibangku SMA, bahkan di universitas  kalau dilihat dari segi umur. Sedikit nostalgia, aku berumur 15 tahun masuk SMA, dan berumur 17 tahun masuk  kuliah. Namun, melihat mereka. Awalnya, aku terkejut.tapi kutanya mereka, “ah, ini sudah biasa miss. Kan kerja dulu baru sekolah”, begitulah jawab mereka sambil tertawa. Awalnya aku sangat miris dengan jawaban itu. Memang betul, kebanyakan siswa ini selalu membantu orangtuanya di kebun sepulang sekolah, bahkan tak jarang mereka tidak sekolah hanya untuk mengejar HK. Terkadang, siswa memiliki absen yang lebih banyak daripada kehadiran setiap bulannya. Tanpa keterangan. Kalau ditanya kenapa tidak sekolah mereka hanya menjawab, ngancak miss, bantuin orangtua di kebun. Makanya, walaupun baru anak SMP, postur tubuh siswa-siswiku sudah seperti orang dewasa. Kalau sudah begini, nokok kepalanyapun sudah tak wajar. Gile, badannya  lebih besar dari Bapak/Ibu Guru. 
Aku memang maklum dengan kehidupan mereka yang sangat keras. Uang sekolah yang sangat mahal tentu mencekek leher mereka. Bayangkan saja, kalau 1 keluarga memiliki 3 orang anak untuk sekolah. Hanya untuk biaya SPP saja sudah mahal, ditambah lagi biaya lainnya. Aku juga jarang menjumpai mereka jajan. Tak jarang siswa disini harus pindah sekolah karena orangtuanya sudah tak sanggup lagi bekerja. Dengan kata lain, kalau tak kerja maka tak makan. Tak kerja maka tak sekolah. Tidak ada kata malas-malasan bagi masyarakat disini.
Namun, semangat mereka untuk sekolah sangatlah luar biasa. Walaupun tinggal diperkebunan, namun mereka siswa-siswi yang memiliki mental baik, berani, jujur, dan ramah. Mereka selalu semangat untuk menginjakkan kakinya ke sekolah. Itulah yang membuat aku selalu bersemangat mengajar. Aku tidak mau kalah dong sama anak ABG. Kalau mereka saja bisa bertahan, kenapa aku nggak ?. I am stronger now.
Dulu, awal aku bekerja di perkebunan ini, aku tertawa melihat mereka naik truck ke sekolah. Setiap truck afdeling mengantarkan siswa ke sekolah. Ini adalah pemandangan sehari-hari. Sebenarnya, aku bukanlah orang kota, namun melihat pemandangan ini tentulah cukup  geli bagiku. Namun, kusimpan dalam hati. Akhirnya, aku juga harus merasakan naik truck juga, cuman beruntungnya aku nggak di gerobaknya. Ya, aku sudah biasa naik truck. Kebun antar kebun. Mataku saja sudah ijo, memandang hamparan kebun sawit yang tidak ada ujungnnya. Jangan bayangkan jalannya yang beraspal. Syukur kalau tidak hujan, kalo hujan bisa putus jalannya.
Hidup di perkebunan ini juga memaksaku untuk beradaptasi. Jumpa ular ditengah jalan juga sudah biasa. Cuman, aku nggak kuat kalau masalah hewan yang satu ini. Bisa bikin jantungku berhenti berdetak. Ya, sudah beberapa kali aku melihat ular secara langsung di perkebunan ini. Ah, sungguh pengalaman yang bisa dibilang menarik. Kehidupan di perkebunan ini memaksaku menjadi orang kebun juga. Bukankah pahit manisnya hidup harus dijalani?
Semoga masih bisa bertahan di areal perkebunan ini ya.

Salam Sukses
Guru Indonesia
Tetap Berkarya

Saturday, February 3, 2018

Ulang Tahun ke 23

Hi guys,, aku baru saja merayakan ulangtahun yang ke 23. hmmm, di umur ku yang baru ini, aku dapat kejutan dari siswa-siswi ku.

Tunggu aja kelanjutannya ya,, bakalan aupdate deh